Jumat, 02 Desember 2011

Pesona Sungai Musi di Malam Hari



SUNGAI Musi yang membelah Provinsi Sumatra Selatan sepanjang 750 km disebut  sebagai sungai terpanjang di Pulau Andalas.

Dalam catatan sejarah yang dikumpulkan, sungai ini telah menjadikan Kerajaan  Sriwijaya pada abad 7 hingga 12 masehi sebagai kerajaan maritim dengan kekuatan  armadanya yang tangguh. Mereka menguasai jalur pelayaran dan perdagangan antara  Laut Cina Selatan dan Samudra Hindia, menebarkan pengaruhnya sampai ke Formosa  dan Cina, hingga Madagaskar di Afrika. Pengaruh ini telah menjadikan Sriwijaya  sebagai sentra pertemuan antarbangsa.

Hal ini telah pula menimbulkan transformasi budaya yang lambat laun  berkembang dan membentuk identitas baru bagi daerah ini. Transformasi budaya ini  semakin kental ketika masuknya pengaruh Islam, terutama di bawah kekuasaan  Kesultanan Palembang Darussalam sejak awal abad 15.

Beragam faktor yang memengaruhi perjalanan sejarah perkembangan masyarakat di  kawasan ini tak pelak telah pula menimbulkan kebudayaan asimilasi, baik dalam  tradisi, seni, maupun aspek-aspek lain dalam kehidupan masyarakatnya, termasuk  kehidupan Kota Palembang sebagai kota sungai, di mana urat nadinya adalah Sungai  Musi.

Tak heran bila Wali Kota Palembang Ir.H.Eddy Santana Putra sangat serius  dalam menata sekaligus memaksimalkan fungsi sungai yang bermuara hingga Selat  Bangka itu, dalam konsep terpadu dengan memberdayakan fungsi sungai mulai  sebagai sarana pendukung kegiatan perdagangan, sebagai sarana pendukung  industri, dan tak kalah penting pemberdayaan Sungai Musi sebagai tujuan  wisata.

Ketika menjamu koleganya, Wali Kota Bandung H.Dada Rosada yang disertai  sebagian besar Muspida Kota Bandung, termasuk Ketua DPRD Kota Bandung H.Husni,  dan beberapa anggota dewan. Pengurus, pemain, dan ofisial Tim Persib, serta  Dirut PT Pikiran Rakyat Bandung yang juga Pemimpin Umum Pikiran Rakyat H.  Syafik Umar, tuan rumah sengaja memperkenalkan nuansa wisata Sungai Musi di  malam hari.


**


Terpesona Aku Melihat wajahnya
Tatkala Aku duduk di  dekatnya
Sebiduk bersama kami menyebrang
Berperahu sepanjang Sungai  Musi


Jika potret keindahan Sungai Musi pada tahun 1960-an digambarkan Alfian,  lewat lagunya "Sebiduk di Sungai Musi". Maka pesona wisata Sungai Musi di malam  hari, kini dapat terekam lebih memesona dari atas kapal pesiar, K.M. Putri  Kembang Dadar yang mampu mengangkut maksimal 150 penumpang.

Kapal yang beroperasi sejak Juni tahun lalu, saat berlangsungnya City Expo  itu merupakan jenis catamaran (memiliki dua lambung/lunas kembar) yang didesain  sebagai kapal pesiar dan dibangun selama 6 bulan oleh galangan kapal PT Carita  Boat Indonesia, di Bojonegara, Banten.

Dengan kecepatan antara 6 hingga 8 knot kapal bermesin ganda 2x400 PK dan  memiliki 13 orang awak ini sangat stabil dan nyaman melawan arus sungai yang  cukup deras.

Sejak lepas dari dermaga Benteng Kuto Besak yang berada di kawasan Jembatan  Ampera, kapal yang terdiri dua lantai itu, melaju ke hulu. Dari dek atas,  terlihat jelas Jembatan Ampera yang bermandikan cahaya, mulai dari menara  kembarnya setinggi 63 meter hingga kedua sisi pagar jembatan yang membentang  dari seberang hilir hingga ke seberang hulu. Sedangkan di dek bawah yang  dilengkapi layar lebar, penumpang dapat menikmati hidangan sambil  berkaraoke.

Diselimuti cahaya lampu berwarna-warni dan kontras dengan warna yang melekat  di tubuh jembatan membuat ikon kota itu bak "gadis yang sudah bersolek". Dalam  sambutan pembukanya, Wali Kota Eddy Santana menyebut akan mengembalikan citra  Kota Palembang sebagai sungai. Menurutnya, sosok wisata kota sungai seperti di  Thailand, Vennesia, adalah kota-kota sungai yang mengundang banyak  wisatawan.

Pemberdayaan citra sungai sebagai daya tarik wisata, dimulai dengan  memberlakukan tata ruang dan penataan bangunan yang menghadap ke sungai. "Sungai  bukan sebagai bagian dari belakang rumah dan tempat segala kotoran dibuang ke  sungai. Untuk itu kesadaran dan peran serta masyarakat adalah hal penting,"  ungkap Eddy Santana.

Bukti kesungguhan itu, terlihat dari penataan bangunan Pasar 16 Ilir yang  rapi dengan konsep mal terpadu. Dilengkapi dermaga, bangunan mal Pasar 16 Ilir  yang menghadap Sungai Musi, konon disiapkan menyambut program "Visit Musi  2008".

Melayari Sungai Musi di malam hari, walau remang-remang, pantulan cahaya  permukiman penduduk berupa rumah rakit cukup terlihat. Sementara itu, benderang  cahaya kawasan PT Pusri dan PT Pertamina, serta Pelabuhan Boom Baru yang  dilintasi cukup memesona. Dari beberapa daftar tempat penting di pinggiran  sungai tercatat daerah Bagus Kuning, Masjid Lawang Kidul, Masjid Ki Merogan,  Benteng Kuto Besak termasuk restoran "Warung Legenda" yang terapung di pinggiran  seberang Ulu.

Seperti dikatakan pengelola "Warung Leganda", H.Hendarmin Hajri, restoran  Warung Legenda tak hanya menghidangkan panganan khas Palembang. Namun mereka  juga siap dengan sajian western food dan Mandarin sesuai pesanan. "Kami  menjual Warung Legenda sebagai tempat yang unik dan khas di tengah kebisingan  kota," ungkap Hendarmin.

Sungai Musi yang membelah Kota Palembang itu adalah kekayaan tak ternilai  warga Palembang. Tak hanya peran masyarakat yang terus-menerus digugah, sungai  yang juga jadi sumber bahan baku air minum itu sangat rentan pencemaran.

Jika penggundulan hutan di hulu sungai terus berlangsung; jika aktivitas  industri, pertambangan, dan perkebunan yang berpotensi besar mencemari dengan  berbagai limbahnya tak dapat dibendung, bencana demi bencana akan menimpa segala  sendi kehidupan masyarakat kawasan ini.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar